Warning: session_start(): open(/home/palugod/public_html/src/var/sessions/sess_a3fa8e75118954a685a626ba85cb9294, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/palugod/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/palugod/public_html/src/var/sessions) in /home/palugod/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Presiden Trump dan Kebijakan Ekonomi yang Menohok - Suara Dunia

Presiden Trump dan Kebijakan Ekonomi yang Menohok

17 hours ago 5
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
MI/Duta MI/Duta(MI/Seno)

KEBIJAKAN ekonomi yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kerap menimbulkan pro dan kontra. Salah satu kebijakan paling kontroversialnya ialah penerapan tarif impor yang cukup tinggi terhadap berbagai negara, terutama Tiongkok, yang menciptakan ketegangan dalam perdagangan internasional. Kebijakan itu dianggap sebagai upaya untuk melindungi ekonomi domestik Amerika. Namun, dalam pandangan saya, kebijakan tersebut lebih banyak mengacaukan suasana perdagangan multilateral dan internasional yang terjalin selama ini.

Akan tetapi, perlu diakui ada sudut pandang lain yang mungkin lebih rasional ketika melihat kebijakan Trump dari perspektif jangka pendek menengah maupun panjang sekaligus. Selama ini, Amerika Serikat telah memainkan peran sebagai negara yang sangat liberal dalam hal perdagangan, sekaligus sebagai polisi dunia.

Amerika Serikat berperan besar dalam mendanai berbagai organisasi internasional, seperti PBB, NATO, UNESCO, Bank Dunia, serta lembaga-lembaga bantuan internasional lainnya seperti USAID. Selain itu, Amerika juga terlibat dalam berbagai konflik global, seperti perang di Irak, Afghanistan, dan Ukraina, yang sebagian besar bertujuan mempertahankan pengaruh mereka di panggung dunia, yang 80% didanai Amerika Serikat untuk kepentingan Barat dan negara maju.

Melihat semua peran tersebut, bisa jadi sekarang Amerika Serikat sedang menyadari mereka tidak lagi perlu terus-menerus membiayai dan mendukung sistem multilateral yang mahal ini. Dunia saat ini sudah berubah, dengan peperangan yang tidak lagi bersifat fisik, melainkan lebih pada perang pengaruh.

Dengan adanya internet dan media sosial seperti Instagram, Facebook, Tiktok, dan Youtube, dunia kini menghadapi jenis perang baru, yaitu perang informasi dan perang siber yang sangat memengaruhi opini publik dan keputusan politik global.

Yang menarik, media sosial itu, yang kini menjadi arena pertempuran pengaruh yang sangat besar, sebenarnya adalah produk buatan Amerika Serikat.

Instagram, Facebook, Youtube, dan banyak platform sosial lainnya adalah karya perusahaan-perusahaan besar yang berbasis di Amerika. Itu menjadikan Amerika, dalam hal ini, tidak hanya sebagai negara dengan kekuatan militer dan ekonomi yang besar, tetapi juga sebagai kekuatan utama dalam dunia maya.

Media sosial ini tidak hanya menghubungkan orang-orang di seluruh dunia, tetapi juga digunakan untuk memengaruhi pandangan, opini, dan bahkan kebijakan publik di berbagai negara. Dengan kekuatan seperti itu, Amerika tidak hanya berperang dengan senjata atau dana, tetapi juga dengan algoritma dan data.

PENTINGNYA PERANG SIBER 

Namun, ada aspek yang lebih dalam lagi yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat benar-benar menguasai dunia dalam banyak hal: teknologi. Amerika adalah rumah bagi penemuan-penemuan besar yang telah mengubah dunia, seperti internet, yang awalnya dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS melalui proyek ARPANET. Tanpa internet, banyak inovasi yang kita nikmati hari ini, dari media sosial hingga ekonomi digital, mungkin tidak akan ada. Selain itu, cloud computing yang kini menjadi infrastruktur utama bagi perusahaan dan individu di seluruh dunia juga didominasi oleh perusahaan-perusahaan Amerika seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, dan Google Cloud. Dengan kekuatan tersebut, Amerika memiliki kapasitas untuk mengelola, menyimpan, dan memproses data dalam jumlah yang sangat besar.

Cloud computing, dengan daya komputasi yang luar biasa, memberikan Amerika akses ke hampir semua data yang ada di dunia. Setiap klik, pesan, transaksi, atau bahkan data pribadi yang kita unggah ke internet bisa dipantau. Jadi, klaim tentang proteksi terhadap kerahasiaan pribadi sering kali terdengar kosong.

Teknologi yang kita anggap sebagai bentuk perlindungan malah bisa menjadi alat untuk mengumpulkan informasi yang sangat berharga. Sering kali, pengumpulan data ini tidak sepenuhnya transparan bagi pengguna, dan itu membuka potensi penyalahgunaan. Bagaimana bisa kita merasa aman jika negara yang memiliki kendali atas teknologi tersebut dapat mengakses data pribadi kita dengan mudah?

Dalam hal ini, perang siber kini menjadi ancaman yang lebih besar daripada perang konvensional. Sebuah serangan siber yang sukses bisa melumpuhkan sistem pemerintahan, infrastruktur, atau ekonomi negara tanpa menembakkan satu peluru pun.

Ketidakmampuan negara-negara lain untuk melindungi sistem mereka dari serangan semacam ini semakin menunjukkan dominasi teknologi yang dimiliki oleh Amerika. Dalam perang siber, yang terjadi bukan lagi pertempuran fisik, melainkan pertempuran otak, yakni siapa yang lebih pintar dalam merancang algoritma, meluncurkan serangan digital, atau mengendalikan informasi. Inilah yang menjadi kekuatan utama dalam dunia modern.

PENCEGAHAN PERANG NUKLIR

Meskipun perang fisik di masa depan mungkin tidak akan berbentuk perang nuklir, karena konsep mutually assured destruction (MAD) atau ‘kehancuran yang pasti bersama’ yang menghalangi negara-negara besar untuk saling meluncurkan senjata nuklir, perang dalam bentuk lain tetap sangat mungkin terjadi. MAD memastikan bahwa jika salah satu negara besar meluncurkan senjata nuklir, negara lainnya akan membalas dengan kekuatan yang setara, yang berujung pada kehancuran bersama. Oleh karena itu, negara-negara besar cenderung menghindari konfrontasi nuklir langsung. Namun, bukan berarti ancaman perang fisik telah hilang. Sebaliknya, pertempuran dalam bentuk baru, yaitu perang siber dan perang informasi, lebih sering terjadi di era digital ini, yang lebih sulit dilacak dan lebih berbahaya karena dampaknya bisa lebih luas dan lebih cepat dirasakan.

MASA DEPAN DUNIA

Secara keseluruhan, meskipun kebijakan Trump bisa terlihat kontroversial dan tidak selalu mendukung prinsip-prinsip perdagangan multilateral yang telah lama diterima, ada sudut pandang yang menganggap bahwa ini mungkin adalah langkah strategis Amerika untuk lebih fokus pada kepentingan domestik. Di era yang semakin didominasi oleh teknologi dan informasi, negara-negara besar seperti Amerika Serikat memiliki kekuatan untuk mengubah dinamika dunia tanpa harus terlibat dalam perang fisik yang mahal. Namun, hal itu juga membawa tantangan besar bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang semakin bergantung pada perang data dan perang pengaruh.

Kebijakan Amerika Serikat yang semakin 'menohok' atau terfokus pada kepentingan nasional mungkin akan mengubah cara dunia berinteraksi di masa depan. Ini adalah era baru, di mana kekuatan informasi lebih penting daripada kekuatan militer atau ekonomi semata. Maka, negara-negara lain, termasuk Indonesia, harus mulai memikirkan bagaimana mereka bisa bertahan dan berkembang di tengah pertempuran yang sangat kompleks ini.

Read Entire Article