
KETIDAKPASTIAN ekonomi global semakin meningkat setelah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump kembali menerapkan kebijakan perdagangan proteksionis. Langkah ini dikhawatirkan memicu ketegangan dagang baru, termasuk dengan Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.
Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah menyoroti dampak kebijakan tarif impor AS tersebut terhadap perekonomian global dan Indonesia. Menurutnya, kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Trump, termasuk pengenaan tarif 32% atas barang ekspor Indonesia ke AS, bisa berakibat buruk terhadap perdagangan internasional.
"Kita tidak ingin krisis global kembali terjadi seperti di era McKinley Tariff yang berkontribusi pada depresi panjang di akhir abad ke-19. Langkah sepihak AS ini dapat membawa petaka ekonomi global," ujar Said Abdullah dalam keterangannya, Jumat (4/4).
Untuk menghadapi situasi ini, Said menekankan pentingnya peran Indonesia dalam mendorong reformasi perdagangan dunia melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Indonesia harus menginisiasi kebijakan yang lebih adil dan berkelanjutan di WTO. Prinsip perdagangan non-diskriminatif harus ditegakkan demi kesejahteraan global," kata dia, Jumat (4/4).
Di dalam negeri, Said mengusulkan sejumlah langkah strategis, seperti menjaga daya saing produk ekspor, mencari pasar alternatif, dan memastikan devisa hasil ekspor tetap di dalam negeri.
"Kita juga harus memperluas skema bilateral currency swap agar tidak bergantung pada dolar AS dan memperbaiki infrastruktur pasar keuangan," tambahnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang adaptif serta komunikasi publik yang transparan untuk menjaga kepercayaan investor.
"Ketidakpastian global harus disikapi dengan kebijakan kontra-siklus yang tepat. Fiskal harus tetap sehat agar dunia usaha tetap berjalan," pungkas Said. (H-3)