Gas Tertawa Bisa Membantu Mengobati Depresi yang Resistan Terhadap Pengobatan

Shutterstock

Meskipun ada banyak obat untuk mengobati depresi berat, sekitar satu dari tiga pasien tidak kunjung membaik bahkan setelah mencoba beberapa antidepresan. Kondisi sulit ini dikenal sebagai depresi yang resistan terhadap pengobatan (TRD).

Bagi pasien ini, menunggu berminggu-minggu hingga obat tradisional mulai bekerja bisa sangat menyakitkan dan berbahaya—terutama jika mereka sedang dalam krisis.

Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan tengah menjajaki alternatif yang bekerja cepat. Salah satu pendekatan yang menjanjikan datang dari sumber yang mengejutkan: nitrogen oksida, yang lebih dikenal sebagai "gas tertawa."

Sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. Peter Nagele di University of Chicago, bersama dengan para peneliti dari University of Pennsylvania dan Washington University di St. Louis, telah menemukan cara baru agar anestesi umum ini dapat membantu meredakan depresi—dengan cepat dan efektif.

Temuan mereka, yang dipublikasikan di Nature Communications, menjelaskan cara kerja nitrogen oksida di otak dan mengapa efeknya bertahan lama setelah gas tersebut meninggalkan tubuh.

Nitrous oksida banyak digunakan sebagai pereda nyeri dan agen penenang, terutama di klinik gigi.

Pada dosis tinggi, zat ini dapat membuat orang merasa euforia, tetapi pada dosis rendah yang digunakan dalam pengobatan depresi, zat ini bertindak lebih seperti obat penenang yang lembut. Pasien merasa tenang tetapi tidak tertawa cekikikan.

“Meskipun telah digunakan selama lebih dari 180 tahun, kami masih mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh nitrogen oksida,” kata Dr. Joseph Cichon, salah satu peneliti utama. “Obat ini murah, aman, dan terkenal—tetapi ternyata zat ini mungkin memiliki efek yang tidak pernah kami duga.”

Dalam uji klinis sebelumnya, satu sesi menghirup nitrogen oksida memberikan kelegaan yang cepat bagi pasien dengan TRD.

Beberapa merasa lebih baik dalam hitungan jam, dan efeknya bertahan hingga dua minggu.

Hal ini membuat para peneliti bertanya-tanya: bagaimana gas yang keluar dari tubuh dalam hitungan menit dapat memiliki dampak yang bertahan lama pada suasana hati?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para peneliti mempelajari tikus yang telah terpapar stres jangka panjang—model umum untuk depresi manusia.

Dengan menggunakan alat pencitraan canggih, mereka mengamati aktivitas otak secara langsung saat tikus menghirup nitrogen oksida.

Mereka berfokus pada wilayah otak yang disebut korteks cingulate, yang terlibat dalam pengendalian emosi dan suasana hati.

Secara khusus, mereka mengamati jenis sel otak yang disebut neuron piramidal lapisan V (neuron L5), yang biasanya menjadi tenang ketika seseorang—atau tikus—mengalami stres kronis atau depresi.

Setelah tikus menghirup nitrogen oksida, neuron L5 ini tiba-tiba aktif. Ini terjadi bahkan setelah gas tersebut keluar dari tubuh.

Tikus yang tadinya lamban mulai lebih banyak bergerak dan melakukan hal-hal yang biasanya mereka sukai, seperti minum air manis.

Kuncinya adalah jenis "gerbang" kecil pada neuron yang disebut saluran SK2.

Biasanya, saluran SK2 membantu mematikan neuron, terutama selama stres. Namun, nitrogen oksida menghalangi gerbang ini, sehingga sel-sel otak tetap aktif.

Kebangkitan kembali sirkuit otak ini mungkin menjadi alasan mengapa efek antidepresan bekerja begitu cepat dan bertahan lebih lama daripada gas itu sendiri.

"Pengaktifan kembali otak ini tampaknya menghilangkan kabut depresi," kata Nagele.

“Tidak perlu menumbuhkan koneksi otak baru. Ia hanya membangunkan koneksi yang dimatikan oleh stres.”

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa antidepresan yang bekerja cepat seperti ketamin bekerja terutama dengan memblokir sesuatu yang disebut reseptor NMDA, yang terlibat dalam pembelajaran dan memori.

Nitrous oksida dianggap bekerja dengan cara yang sama. Namun, studi baru ini menunjukkan jalur yang berbeda juga berperan—jalur yang dapat mengarah pada jenis perawatan yang sama sekali baru.

“Reseptor NMDA masih penting,” kata Nagele, “tetapi sekarang kita tahu bahwa ada pintu lain ke sirkuit emosional otak. Itu sangat menarik.”

Jika para peneliti dapat merancang obat baru yang meniru apa yang dilakukan nitrous oksida—terutama yang tidak memerlukan pengawasan klinis atau inhalasi gas—itu dapat berarti perawatan yang lebih aman dan lebih mudah diakses bagi jutaan orang dengan depresi.

Namun, tim tersebut memperingatkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami berapa lama efeknya bertahan dan apakah dosis berulang membantu orang tetap sehat dari waktu ke waktu.

Namun, mereka berharap bahwa terobosan ini pada akhirnya dapat membantu pasien yang tidak menemukan kelegaan dari antidepresan tradisional.

Studi ini menandai langkah maju yang besar dalam memahami cara kerja pengobatan yang bekerja cepat seperti nitrogen oksida.

Bagi orang yang menderita depresi yang resistan terhadap pengobatan, pengobatan yang memberikan kelegaan cepat tanpa harus menunggu berminggu-minggu dapat mengubah hidup.

Penemuan bahwa saluran SK2—dan bukan hanya reseptor NMDA—berperan membuka pintu bagi kelas antidepresan baru.

Fakta bahwa nitrogen oksida sudah digunakan secara luas, aman, dan murah menjadikannya kandidat yang sangat menarik.

Dan karena studi tersebut menunjukkan bagaimana gas tersebut mengaktifkan sirkuit otak daripada membangun sirkuit baru, pengobatan di masa mendatang dapat bekerja lebih cepat dan dengan efek samping yang lebih sedikit.

Singkatnya, gas tertawa mungkin tidak lagi hanya untuk dokter gigi—tetapi bisa menjadi kunci untuk membuka perawatan yang lebih cepat dan efektif bagi orang yang berjuang melawan depresi berat.