Warning: session_start(): open(/home/palugod/public_html/src/var/sessions/sess_10384a06c62d2c4a9fef494e679b0639, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/palugod/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/palugod/public_html/src/var/sessions) in /home/palugod/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Melestarikan Nama Ketut di Bali, Antara Kenyataan dan Iming-iming Tunjangan - Suara Dunia

Melestarikan Nama Ketut di Bali, Antara Kenyataan dan Iming-iming Tunjangan

1 day ago 5
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Anak bernama Ketut yang menjadi penjual tisu di Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Gubernur Bali I Wayan Koster ingin melestarikan nama Ketut—panggilan untuk anak keempat. Tapi punya banyak anak, minimal sampai empat anak, menjadi problem di tengah kondisi ekonomi yang tidak mudah ini.

I Ketut P, anak perempuan berusia 9 tahun, menjadi cerminannya. Bocah putus sekolah ini sehari-hari berjualan tisu Rp 7 ribu di sepanjang Jalan Raya Teuku Umar, Kota Denpasar, Bali, termasuk saat ditemui kumparan pada Rabu (16/4).

I Ketut P biasanya mendapatkan Rp 20 ribu-Rp 80 ribu per hari, untuk membantu keluarganya yang hidup pas-pasan di indekos sekitar 3 kilometer jaraknya.

I Ketut P memiliki lima saudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh proyek di kampung, sedangkan ibunya tidak bekerja.

Bocah ini mengaku bisa membaca dan berhitung dan memiliki cita-cita sebagai karyawan spa seperti kakaknya.

Apakah I Ketut mau bersekolah lagi? "Disekolahin siapa?" katanya.

Anak bernama Ketut yang menjadi penjual tisu di Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Kisah serupa datang dari I Ketut A yang juga berjualan tisu di kawasan Jalan Raya Letda Tantular, Kota Denpasar.

Bedanya, bocah laki-laki berusia 10 tahun ini tidak putus sekolah. Dia masih duduk di kelas V SD dan berjualan tisu sepulang sekolah, mulai dari pukul 14.00 WITA sampai matahari terbenam.

"Jualan biar bantu bapak-ibu, biar bisa bayar uang sekolah," katanya.

I Ketut A berasal dari Desa Kubu, Kabupaten Karangasem. I Ketut A memiliki 6 saudara. Bapaknya berprofesi sebagai buruh proyek di Kelurahan Ubung, Kota Denpasar.

Ibu dan kakak pertamanya yang sudah dewasa berjualan tisu di sekitar Renon, Kota Denpasar. Mereka tinggal bersama orang tuanya di sebuah indekos di Ubung.

Nama Ketut dan Insentif Pemerintah

Anak bernama Ketut yang menjadi penjual tisu di Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Pada 2019, terbit Instruksi Gubernur (Ingub) Bali Nomor 1545 Tahun 2019 tentang Sosialisasi Program Keluarga Berencana Krama Bali. Intinya, Koster ingin warganya memiliki minimal empat anak supaya nama Ketut tidak punah.

"Menurunnya pertumbuhan penduduk Bali termasuk tergerusnya budaya Bali, nama Nyoman dan Ketut hampir punah di Bali," katanya saat memberikan pidato perdana sebagai Gubernur Bali periode 2025-2030 di sidang paripurna DPRD Bali, pada Selasa (4/3/2025).

Koster berjanji bakal memberikan insentif untuk anak bernama Komang atau Nyoman, dan Ketut. Tak cuma anaknya, ibu yang bersedia melahirkan bayi hingga anak keempat juga akan diberikan insentif.

Urutan nama anak di Bali adalah Wayan, Made, Nyoman, Ketut.

Read Entire Article