Zimbabwe Bantai 200 Gajah, Dagingnya Dibagikan kepada Warga

22 hours ago 1
ARTICLE AD BOX

Harare -

Pembantaian massal gajah terjadi di Zimbabwe. Bukan tanpa alasan, penduduknya sudah kelaparan karena kekeringan dalam beberapa dekade.

Dilansir dari CNN Internasional pada Rabu (18/9/2024), bukan hanya warga dari satu atau dua kampung, namun setengah dari populasi Zimbabwe menghadapi kelaparan akut.

"Kami menargetkan untuk memusnahkan 200 gajah," kata Tinashe Farawo, juru bicara Otoritas Taman dan Satwa Liar Zimbabwe.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Langkah tersebut mengikuti keputusan di Namibia untuk memusnahkan gajah dan hewan liar lainnya untuk mengatasi kerawanan pangan yang dipicu oleh kekeringan yang berkepanjangan.

Pemusnahan tersebut menuai kritik dari aktivis hak-hak binatang dan konservasionis.

"Zimbabwe adalah rumah bagi lebih dari 84.000 gajah, sekitar dua kali lipat dari kapasitasnya yang 45.000," kata Tinashe.

Populasi gajah Zimbabwe adalah yang terbesar kedua di dunia cuma kalah dari Botswana.

"Zimbabwe memiliki lebih banyak gajah daripada yang kita butuhkan dan lebih banyak gajah daripada yang dapat ditampung oleh hutan kita," ungkap Menteri Lingkungan Hidup Sithembiso Nyoni mengatakan kepada anggota parlemen minggu lalu.

Ia menambahkan bahwa populasi gajah yang berlebihan menyebabkan kurangnya sumber daya untuk makanan mereka, yang memicu konflik antara manusia dan satwa liar di negara tersebut.

"Kami sedang berdiskusi dengan Zim Parks (Badan Taman dan Satwa Liar Zimbabwe) dan beberapa komunitas untuk melakukan seperti yang telah dilakukan Namibia sehingga kami dapat menghitung gajah, memobilisasi para wanita untuk mengeringkan daging dan mengemasnya guna memastikan daging tersebut sampai ke beberapa komunitas yang membutuhkan protein," kata Nyoni.

"Ketika terjadi kelebihan populasi satwa liar di taman tertentu, mereka akan berusaha keluar dari taman untuk mencari sumber daya lain seperti air atau tanaman hijau. Ketika itu terjadi, mereka akan bersentuhan dengan manusia dan konflik pun dimulai," dia menambahkan.

Di Namibia, 700 hewan liar, termasuk gajah, telah disetujui untuk disembelih bulan lalu dan dagingnya akan didistribusikan kepada orang-orang yang menghadapi kerawanan pangan.

Lebih dari 150 hewan telah dibunuh, kata Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pariwisata Namibia, dengan lebih dari 125.000 pon daging dibagikan.

Zimbabwe dan Namibia hanyalah dua dari banyak negara di Afrika bagian selatan yang mengalami kekeringan parah akibat El Niño, pola iklim alami yang mengakibatkan sangat sedikit curah hujan di wilayah tersebut sejak awal tahun. Negara-negara tersebut juga rentan terhadap kekeringan yang diperparah oleh perubahan iklim.

Farawo, juru bicara taman, mengatakan kepada CNN bahwa pemusnahan akan dimulai setelah otoritas menyelesaikan dokumen yang diperlukan.

"Kami sedang mengerjakan dokumennya, sehingga kami dapat memulainya sesegera mungkin," katanya, seraya menambahkan bahwa pembantaian yang direncanakan akan menargetkan wilayah dengan populasi gajah yang besar.

Usulan pemusnahan gajah di Zimbabwe dan Namibia telah dikritik keras.

"Pemusnahan gajah harus dihentikan," kata Farai Maguwu, yang memimpin kelompok advokasi yang berbasis di Zimbabwe, Center for Natural Resource Governance, dalam sebuah posting di X.

"Gajah memiliki hak untuk hidup," tulisnya, seraya menambahkan bahwa generasi mendatang memiliki hak untuk melihat gajah di habitat aslinya."

Ahli biologi konservasi dan konsultan sumber daya alam Keith Lindsay juga mengungkapkan ketidaknyamanannya dalam menggunakan satwa liar untuk mengatasi kerawanan pangan, dengan mengatakan kepada CNN bahwa hal itu sangat mungkin menyebabkan permintaan daging hewan liar yang lebih rutin dan berkelanjutan yang tidak akan berkelanjutan.

Namun, Farawo mengatakan keputusan Zimbabwe untuk membantai gajah, pemusnahan pertama sejak 1988, merupakan bagian dari langkah-langkah yang lebih luas untuk mengurangi konflik antara gajah dan manusia, menyusul serangkaian serangan gajah terhadap manusia.

"Hewan-hewan itu menyebabkan banyak kekacauan di masyarakat, membunuh orang. Minggu lalu, kami kehilangan seorang wanita di bagian utara negara itu yang dibunuh oleh seekor gajah. Minggu sebelumnya, hal yang sama terjadi. Jadi (pemusnahan) itu juga merupakan cara untuk mengendalikan," katanya.

Merujuk laporan media lokal setidaknya 31 orang telah meninggal di Zimbabwe tahun ini akibat konflik antara manusia dan satwa liar.


(bnl/fem)

Read Entire Article