Jakarta -
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menargetkan Indonesia dapat swasembada pangan tiga tahun lagi alias pada 2027. Dia yakin karena potensi pertanian di Indonesia sangat tinggi.
"Dalam 2 sampai 3 tahun, paling lambat 3 tahun swasembada. Sekarang (2024), berarti 2025, 2026, (berarti) 2027, paling lambat," ungkap dia dalam wawancara khusus dengan detikcom, dikutip Senin (16/9/2024).
Ada dua strategi yang akan dilakukan. Pertama strategi intensifikasi lahan dengan memberikan benih unggul untuk petani, memperbaiki irigasi, pompanisasi untuk pengaira hingga optimalisasi lahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, dengan proyek cetak sawah baru 3 juta hektare (ha). Amran mengatakan cetak sawah baru lahan 3 juta ha ini dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.
"Kenapa harus cetak sawah? Penduduk kita, tiap tahun bertambah 3,5 juta, 3 juta, 3,5 juta. Nah ini harus dipersiapkan pangannya. Jangan nanti 5 tahun, 10 tahun kesulitan lagi, ini menjadi persoalan tahunan. Nah untuk menyelesaikan persoalan ini, kita tanam, cetak sawah 3 juta ha. Mungkin 3 sampai 4 tahun selesai 3 juta ha, sudah luar biasa," ungkapnya.
Adapun rencana cetak sawah 3 juta Ha itu, ditargetkan dapat tercapai selama tiga tahun ke depan. Rinciannya cetak sawah baru berada di Papua Selatan tepatnya di Marauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua Barat dan lainnya.
Rencana pada tahun pertama cetak sawah ditargetkan sebanyak 1 juta Ha di Marauke 350 ribu ha, Kalimantan Tengah 200 ribu ha, Kalimantan Selatan 150 ribu ha, Sumatera Selatan 100 ribu ha, dan daerah lainnya 200 ribu ha.
Tahun kedua, di Marauke 350 ribu ha, Kalimantan Tengah 200 ribu ha, Kalimantan Selatan 150 ribu ha, Sumatera Selatan 100 ribu ha, dan daerah lainnya 200 ribu ha.
Tahun ketiga, Marauke 300 ribu ha, Kalimantan Tengah 100 ribu ha, Kalimantan Barat 200 ribu ha, Kalimantan Timur 100 ribu ha, Papua Barat 100 ribu ha, dan daerah lainnya 200 ribu ha.
Jutaan lahan itu, kata Amran merupakan milik rakyat yang proses produksinya akan dibantu oleh Kementan. Bantuan yang akan diberikan yakni benih unggul, alat mesin pertanian (alsintan), hingga pupuk.
"Itu punya rakyat. Jadi kita kerjakan rakyat, milik rakyat. Yang Kalimantan Tengah, jadi petaninya senang banget kan. Nah bantu pengelolaan, bantu alat mesin pertanian, bantu benih. Nanti setelah mereka untung, sudah tahu menghasilkan dan menguntungkan, pasti mereka-mereka lanjutkan," ujarnya.
Amran mengatakan proyek cetak sawah baru itu memang untuk meningkatkan produksi beras. Namun jika dalam perjalanannya produksi beras telah meningkat, maka akan diselingi dengan produksi seperti jagung dan kedelai.
"Ini padi semua, kalau sudah surplus, bisa kan ke kedelai. Tanaman selingan, jadi ada padi-padi jagung, padi-padi kedelai. Jadi yang mana shortage itu yang ditanam," tuturnya.
Amran memberikan catatan bahwa proyek itu tidak akan langsung sempurna begitu saja. Ia mengatakan perlu proses panjang menunggu sampai produksi beras Indonesia meningkat.
"Satu juta (Ha) dulu, kalau 1 juta, tanam 2 kali saja, 5 tahun, average national, berarti 10 juta kan? Kali rendemen 5,5 berarti 5,5 juta ton. Artinya persoalan yang shortage kemarin 4 juta, 3 juta sudah selesai kan?," tuturnya.
Meski demikian, Amran menargetkan Indonesia dapat menekan impor bahkan tidak melakukan impor sama sekali. Selain itu, harapannya penambahan lahan sawah juga mempersiapkan kebutuhan pangan pada tahun-tahun berikutnya.
"Iya (seharusnya tidak ada impor lagi). Jadi kalau 3 juta mempersiapkan untuk generasi berikutnya. kan tidak langsung sempurna. Produksinya biasanya produksi awal 3 ton, 4 ton. Tapi sudah pasti kita bisa menutupi defisit selama ini. Itu pasti," ucapnya.
(ada/das)