Cerita Penderita Diabetes Rawat Jalan Pakai JKN Selama 5 Tahun

2 days ago 3
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Untung Idatul Laila (46) menderita diabetes militus sejak tahun 2019. Ia memanfaatkan kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) miliknya untuk berobat jalan di Puskesmas hingga saat ini.

Ida, panggilan akrabnya, adalah peserta JKN dari segmen Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang iurannya dibayar oleh pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Ida mengaku gejala penyakit yang dideritanya ini baru bermunculan saat Pandemi COVID-19. Mulai dari kaki telapak bawah hingga pipi ia merasakan kesakitan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baru bangun itu kaki saya sakit, telapak bawah ini nginjak tanah sakit rasanya, lalu pipi saya bengkak, saya bawa periksa ke poli gigi. Setelah diperiksa saya diarahkan untuk cek di laboratorium, ternyata gula darah saya di angka 250, lalu saya diarahkan untuk rawat jalan," kata Ida seperti dalam keterangan tertulis, Selasa (17/9/2024).

Perawatan penyakit diabetes yang dijalani Ida masih berlangsung sampai dengan saat ini. Sebelum menderita diabetes, Ida bekerja serabutan di berbagai tempat. Namun, warga asli Banyuwangi yang tinggal di Kelurahan Pakis ini pantang menyerah. Suami dan anaknya menjadi suntikan penyemangat Ida sehari-harinya untuk bekerja maupun sepanjang menjalani pengobatan.

"Proses pengobatan rawat jalan diawali dengan rutin kontrol ke Puskesmas ini setiap minggu, kalau sekarang cukup sebulan sekali saja. Saya diberikan obat insulin. Saya telateni, minum obat, atur makan, ya namanya orang ikhtiar walaupun sekarang ya saya sudah tidak bisa kerja lagi. Dulu saya paksa badan saya buat tetap kerja, tapi seminggu kerja langsung sakit, begitu terus, ternyata sakit begini sudah ndak bisa buat kerja keras," kata Ida.

Ia pun bersyukur karena selama proses pengobatan, semua berjalan lancar-lancar saja. Pelayanannya juga ramah sopan, dokter dan perawatnya sabar. Itulah yang membuat Ida tidak mau pindah ke fasilitas kesehatan yang lain.

Ida berharap pengobatannya dapat terus dijamin oleh Program JKN. Ida berterima kasih sebab dengan adanya Program JKN, ia dan suaminya dapat terbantu dalam menjaga kesehatannya.

"Fasilitas kesehatan tempat saya biasa berobat dekat juga dari rumah. Setiap berobat saya diantar suami. Saya bersyukur selama sakit ini, saya dapat bantuan dari pemerintah. Saya sendiri sudah tidak bisa menghasilkan uang, suami juga kerja serabutan, kadang ada, kadang tidak ada. Semoga pemerintah bisa terus mempertahankan JKN ini," ujar Ida.

Dengan kondisinya tersebut, Ida juga rutin mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang diselenggarakan di Puskesmas Sobo tempatnya berobat. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan. Prolanis diharapkan bisa membantu pasien JKN yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan, Titus Sri Hardianto menyampaikan pentingnya penderita diabetes mengikuti Prolanis. Kegiatan yang ada dalam Prolanis juga harus didukung dengan perubahan gaya hidup peserta yang diikuti dengan dukungan keluarga karena cara penanganan ini terbukti sangat efektif dalam mengatasi penyakit kronis seperti diabetes mellitus.

Titus menambahkan di wilayah Banyuwangi sejumlah 5.027 jiwa peserta JKN telah aktif mengikuti Prolanis di 162 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

"Prolanis dibentuk untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dan mencegah timbulnya komplikasi penyakit lainnya. Kami pun selalu mengingatkan kepada peserta untuk memulai hidup sehat dengan olahraga teratur, hindari merokok, dan mengonsumsi makanan yang sehat," kata Titus.

(akd/ega)

Read Entire Article